Rabu, 09 November 2011

SANTA VERONICA YULIANI


Santa Veronica Yuliani (atau Santa Veronica Giuliani dalam Bahasa Inggris ), Penganut Capuchin
Dilahirkan pada tahun 1660 di Mercatello dalam wilayah Duchy of Urbino, Italia; meninggal di Citt' di Castello pada 9 Juli 1727.
Orang tuanya adalah Francesco Giuliana dan Benedetta Mancini. Ketika dipermandikan, ia diberi nama Ursula, dan telah menunjukkan dengan sangat indah tanda-tanda keluhuran. Ketika baru berumur 18 bulan, ia mengucapkan kata-kata pertamanya mengkritik seorang penjaga toko yang curang dalam menimbang minyak, menyatakan dengan jelas: "Berlakulah adil, Tuhan melihat kamu." Pada umur 3 tahun, ia mulai menyukai komunikasi illahi, dan menunjukkan simpati yang sangat dalam bagi kaum miskin. Ia akan menyisihkan sebagian makanannya untuk mereka, dan bahkan berbagi pakaiannya ketika dia bertemu dengan seorang anak miskin yang sangat kekurangan pakaian.
Keluhuran-keluhuran ini dan kasih yang mendalam kepada Salib terus berkembang dengan bertambahnya umur. Ketika orang lain tidak dengan serta-merta bergabung dalam kegiatan religiusnya, ia cenderung menjadi diktator. Dalam usianya yang ke-16, ketidak-sempurnaannya ini dinyatakan dalam suatu penglihatan di mana ia melihat hatinya sendiri sebagai suatu hati yang terbuat dari besi.
Dalam tulisannya, ia mengakui bahwa ia menyenangi status keagungan yang didapat keluarganya ketika ayahnya ditunjuk sebagai pengawas keuangan di Piacenza. Namun hal ini sama sekali tidak mengganggu ketetapan hatinya untuk mendedikasikan dirinya kepada agama, walaupun ayahnya mendesak ia untuk menikah dan memilih calon yang sepadan ketika ia mencapai usia untuk menikah. Karena penentangan ayahnya terhadap keinginannya untuk masuk biara, Veronica jatuh sakil dan baru sembuh setelah ayahnya memberikan ijinnya.
Pada 1677, ia diterima di biara Capuchin Poor Clares di Citt' di Castello, memakai nama Veronica untuk memperingati hasratnya. Pada akhir upacara penerimaannya, uskup berkata kepada kepala biara: "aku menitipkan anak yang baru ini dalam kasih mu yang khusus, karena suatu hari dia akan menjadi seorang kudus yang hebat." Ia sangat taat kepada semua perintah atasannya, walaupun masa novisiatnya ditandai dengan cobaan dan godaan yang dahsyat untuk kembali ke dunia.
Dalam pengabdiannya di tahun 1678, ia mengalami hasrat yang besar untuk menderita bersama dengan Penyelamat kita yang disalibka n untuk menyelamatkan para pendosa. Di sekitar waktu itu ia mendapat penampakan Kristus dengan SalibNya, dan sejak saat itu ia menderita rasa sakit yang berkepanjangan di hatinya. Setelah ia meninggal, ditemukan bentuk salib yang membekas di hatinya.
Dalam tahun 1693, ia memasuki suatu tahapan baru dalam kehidupan spiritualnya, ketika ia mendapat penglihatan tentang cawan (piala anggur) yang melambangkan Sengsara Ilahi yang harus dinyatakan dalam jiwa Veronica. Pada awalnya ia menghindar dari panggilan pengabdian ini dan hanya dengan upaya yang luar biasa sampai akhirnya ia menerima panggilan pengabdian ini.
Veronica kemudian mulai menjalani penderitaan spiritual yang hebat. Pada tahun 1694 ia mendapat tanda Mahkota Duri, lukanya nyata dan rasa sakitnya tetap tanpa henti. Berdasarkan perintah dari Uskup, ia menerima penanganan medis, tetapi tanpa ada kesembuhan. Walaupun ia menjalani kehidupan mistis supernatural ini, Veronica tetap menjalankan tugas kehidupan nyatanya secara utuh.
Selama 34 tahun, ia adalah pengurus biara, dan membimbing para novis dengan penuh kebijaksanaan. Dengan jelas ia melarang para novis untuk membaca buku-buku tentang mistis. Pada 1716, ia  terpilih sebagai kepala biara. Sewaktu ia menjabat kepala biara, Veronica juga mengadakan suatu sistem saluran air yang baik, sehingga menyelesaikan masalah penyediaan air yang selama ini dialami oleh biara.
Kanonisasi Veronica sebagai Orang Kudus dilakukan oleh Paus Gregory XVI pada tahun 1839. Biasanya Veronica digambarkan ber-Mahkota-kan Duri dan sedang merangkul Salib.
(Dikutip dan diterjemahkan dari http://www.ewtn.com/saintsholy/saints/V/stveronicagiuliani.asp)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar