Orang-Orang Kudus
Santo-Santa
Kita semua dipanggil Kristus kepada kekudusan dan kesempurnaan, kepada persatuan mesra dengan Allah Bapa, melaui Kristus dalam persekutuan dengan Roh Kudus: Karena itu Harusalah kamu sempurna, sama seperti Bapa di Surga adalah sempurna (Mat 5:48); "Kuduskanlah kamu, sebab, Aku, Tuhan, Allahmu, kudus” (Im 19:2)
Tradisi iman Katolik mewariskan kepada kita sejumlah besar tokoh pejuang dan pembela nilai dan paham hidup yang mengangkat harkat dan martabat manusia. Itulah”Orang-Orang Kudus”. Orang-orang Kudus, terdiri dari tua-muda, rohaniawan/wati, bapa-ibu, perawan-janda, raja-rakyat jelata, cendekiawan-orang tidak berpendidikan, yang berasal dari berbagai suku bangsa, ras dan budaya.
Bunda Gereja yang kudus dibawah bimbingan Roh Kudus secara resmi menyebut dan menyatakan mereka “Orang-Orang Kudus”, baik sebagai ‘Beato-Beata’ atau ‘Santo-Santa’. Pernyataan resmi Gereja itu diawali dengan suatu proses penelitian yang panjang dan teliti, yang disebut Beatifikasi dan kanonisasi hingga akhirnya disetujui oleh Takhta Suci.
Prosedur untuk menetapkan calon santo-santa di mulai tahun 1234, di prakarsai oleh Paus Gregorius IX dan Kongregasi Ritus yang diberi wewenang untuk mengawasi keseluruh prosesnya (Kongregasi Ritus dan terbentuk mulai tahun 1588, oleh Paus Sixtus V), Prosedurnya sebagai berikut :
Apabila seorang yang telah meninggal dunia dan “dianggap martir” atau “dianggap kudus” maka biasanya Uskup Diosesan yang memprakarsai proses penyelidikan. Dimana salah satu unsur penyelidikan adalah apakah suatu permohonan khusus atau mukjizat telah terjadi melalui perantaraan calon santo-santa yang bersangkutan. Gereja juga akan menyelidiki tulisan-tulisan calon santo-santa guna melihat apakah mereka setia pada “ajaran yang murni,” pada intinya tidak didapati adanya suatu kesesatan atau suatu yang bertentangan dengan iman Katolik. Segala informasi ini dikumpulkan, dan kemudian suatu transumptum, yaitu salinan yang sebenarnya, yang disahkan dan dimeterai, diserahkan kepada Kongregasi Ritus.
Apabila seorang yang telah meninggal dunia dan “dianggap martir” atau “dianggap kudus” maka biasanya Uskup Diosesan yang memprakarsai proses penyelidikan. Dimana salah satu unsur penyelidikan adalah apakah suatu permohonan khusus atau mukjizat telah terjadi melalui perantaraan calon santo-santa yang bersangkutan. Gereja juga akan menyelidiki tulisan-tulisan calon santo-santa guna melihat apakah mereka setia pada “ajaran yang murni,” pada intinya tidak didapati adanya suatu kesesatan atau suatu yang bertentangan dengan iman Katolik. Segala informasi ini dikumpulkan, dan kemudian suatu transumptum, yaitu salinan yang sebenarnya, yang disahkan dan dimeterai, diserahkan kepada Kongregasi Ritus.
Begitu transumptum telah diterima oleh Kongregasi, penyelidikan lebih lanjut dilaksanakan. Jika calon santo-santa adalah seorang martir, Kongregasi menentukan apakah ia wafat karena iman dan sungguh mempersembahkan hidupnya sebagai kurban cinta kepada Kristus dan Gereja. Dalam perkara-perkara lainnya, Kongregasi memeriksa apakah calon digerakkan oleh belas kasih yang istimewa kepada sesama dan mengamalkan keutamaan-keutamaan dalam tindakan yang menunjukkan keteladanan dan kegagahan.
Sepanjang proses penyelidikan ini, “promotor iman”, mengajukan keberatan-keberatan dan ketidakpercayaan yang harus berhasil disanggah oleh Kongregasi. Begitu seorang calon dimaklumkan sebagai hidup dengan mengamalkan keutamaan-keutamaan yang gagah berani, maka calon dimaklumkan sebagai Venerabilis.
Proses selanjutnya adalah BEATIFIKASI. Seorang martir dapat dibeatifikasi dan dimaklumkan sebagai “Beato-Beata” dengan keutamaan kemartiran itu sendiri. Di luar kemartiran, calon harus diperlengkapi dengan suatu mukjizat yang terjadi dengan perantaraannya. Dalam memastikan kebenaran mukjizat, Gereja melihat apakah Tuhan sungguh melakukan mukjizat lewat perantaraan calon Beato/Beata. Begitu dibeatifikasi, calon santa-santo boleh dihormati, tetapi terbatas pada suatu kota, keuskupan, wilayah atau kelompok religius tertentu. Selanjutnya, Paus akan mengesahkan suatu doa khusus, atau Misa atau Ofisi Ilahi yang pantas demi menghormati Beato-Beata yang bersangkutan. Setelah beatifikasi, suatu mukjizat lain masih diperlukan untuk kanonisasi dan memaklumkan secara resmi seseorang sebagai seorang santo-santa. Proses resmi untuk memaklumkan seseorang sebagai seorang santo- santa disebut KANONISASI.
Para orang-orang kudus, bukan berarti selama hidupnya tidak mempunyai cela/kesalahan. Sebagai manusia mereka memiliki juga kecenderungan berdosa, kelemahan dan kekuaragan selama masa hidupnya, ada juga orang kudus yang selama hidupnya dikenal sebagai pendosa berat, namun oleh sentuhan rahmat Allah, mereka bertobat dan memulai menata hidupnya secara baru mengikuti kehendak Allah.
Kita, dibawah bimbingan Tuhan dan Gereja-Nya, meneladani cara hidup mereka (Santo-Santa/beato-Beata), menjadikan mereka pelindung kita dan perantara doa-doa kita.
Yang terutama, dalam memilih nama Baptis atau Krisma, kita harus melihat dari Kekhasan Santo-santa tersebut, misalnya kalau diri kita ingin menjadi yang militan dalam menghayati kekristenan, pilih St. Ingatius Loyola, kalau menjadi seorang yang sangat kristis, bisa memilih nama Baptis/Krisma St. Thomas, kalau berpribadi tenang bisa pilih St. Philipus, dan sebagainya. jadi sebaiknya bukan karena disesuaikan dengan pesta/perayaan atau tanggal dari kelahiran kita. Terang doa dan dalam bimbingan Roh Kudus akan membantu dalam pemilihan nama pelindung kita baik dalam Baptis maupun Krisma.
ALLAH TRITUNGGAL
Inti pokok iman ialah keyakinan bahwa Allah (Bapa) menyelamatkan manusia dalam Kristus (Putra) oleh Roh Kudus. Berbicara mengenai Allah Tritunggal, yaitu berbicara mengenai misteri Allah yang memberikan diri kepada manusia.
Mari kita mulai pengajaran dasar mengenai Allah Tritunggal (dimana kita bicara fakta sejarah keselamatan.
"Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya dalam Kristus" (2Kor 5:19)
"Kasih Allah dicurahkan dalam hati kita oleh Roh Kudus yang dikaruniakan kepada kita" (Rm 5:5).
Mari kita perhatikan baik-baik dua ayat diatas, dimana Allah bertindak, dalam Kristus, dan oleh Roh Kudus. Jadi karya Kristus dan karya Roh Kudus, merupakan karya Allah. Gereja perdana yakin bahwa dalam diri Kristus, dan dalam karya Roh Kudus, karya keselamatan Allah terlaksana.
Dari uraian diatas, dengan singkat seluruh karya Allah ini dirumuskan dalam Efesus 1:3-14 dibawah ini :
" Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus yang dalam Kristus telah mengaruniakan kepada kita segala berkat rohani di dalam sorga. Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya. Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anak-Nya, sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya, supaya terpujilah kasih karunia-Nya yang mulia, yang dikaruniakan-Nya kepada kita di dalam Dia, yang dikasihi-Nya. Sebab di dalam Dia dan oleh darah-Nya kita beroleh penebusan, yaitu pengampunan dosa, menurut kekayaan kasih karunia-Nya, yang dilimpahkan-Nya kepada kita dalam segala hikmat dan pengertian. Sebab Ia telah menyatakan rahasia kehendak-Nya kepada kita, sesuai dengan rencana kerelaan-Nya, yaitu rencana kerelaan yang dari semula telah ditetapkan-Nya di dalam Kristus sebagai persiapan kegenapan waktu untuk mempersatukan di dalam Kristus sebagai Kepala segala sesuatu, baik yang di sorga maupun yang di bumi. Aku katakan "di dalam Kristus", karena di dalam Dialah kami mendapat bagian yang dijanjikan — kami yang dari semula ditentukan untuk menerima bagian itu sesuai dengan maksud Allah, yang di dalam segala sesuatu bekerja menurut keputusan kehendak-Nya — supaya kami, yang sebelumnya telah menaruh harapan pada Kristus, boleh menjadi puji-pujian bagi kemuliaan-Nya. Di dalam Dia kamu juga—karena kamu telah mendengar firman kebenaran, yaitu Injil keselamatanmu — di dalam Dia kamu juga, ketika kamu percaya, dimeteraikan dengan Roh Kudus, yang dijanjikan-Nya itu. Dan Roh Kudus itu adalah jaminan bagian kita sampai kita memperoleh seluruhnya, yaitu penebusan yang menjadikan kita milik Allah, untuk memuji kemuliaan-Nya."
Kalau kita perhatikan dengan seksama, jelaslah bahwa yang melakukan karya keselamatan adalah Allah, yang disini disebut "Bapa Tuhan kita Yesus Kristus". Karya keselamatan itu secara konkret-historis terlaksana dalam Kristus.
Sebelum Rasul Paulus (penulis surat kepada Jemaat di Efesus) berbicara mengenai penebusan yang diperoleh karena salib Kristus, dikatakannya terlebih dahulu bahwa "dari semula", yaitu "sebelum dunia dijadikan " Allah sudah menetapkan rencana keselamatan itu "dalam Kristus". Kristus itu jalan keselamatan Allah menurut rencana semula. Sebagai inti karya Allah itu disebut pewahyuan rencana Allah dalam Kristus dan karya itu diteruskan oleh Roh Kudus yang merupakan "jaminan" kepenuhan penebusan pada akhir zaman.
Dari uraian diatas kita mengetahui, bahwa ajaran mengenai Allah Tritunggal bukanlah suatu Teori, yang diwahyukan secara lengkap oleh Yesus atau para rasul, melainkan rangkuman karya Allah yang dilaksanakan dalam Kristus dan Roh Kudus.
Santa Maria sebagai bunda pengantara segala rahmat, apakah ada dasar tentang hal tersebut dalam kitab suci ?.
Dasar Kitab suci yang paling kuat adalah pada Yohanes 2:1-11 dimana saat itu Yesus yang saat untuk tampil (berkarya) belum tiba tetapi menuruti permintaan ibuNya untuk membantu menyelesaikan masalah pada acara pesta kawin di kana.(ingat Bunda Maria hanya menyampaikan permohonan kita kepada Yesus, dan Yesuslah yang berkarya).
Terkadang muncul suatu pikiran kalau begitu kita minta didoakan dengan bunda maria pasti langsung dikabulkan seperti yg terjadi pada Yohanes 2:1-11?
Tentu saja tidak semua permohonan yang kita sampaikan kepada Yesus entah melalui St. Maria atau Devosi kepada santo/santa bisa dikabulkan, kita harus ingat "Rancangan-Ku bukanlah rancanganmu" (yes 55:8) Tuhan Yesus tak akan mengabulkan doa kita (meskipun kelihatannya kita meminta yang baik-baik) jika kita meminta sesuatu yang sebenarnya akan membahayakan kita baik secara fisik/jasmani atau secara rohani dapat diandaikan orang tua yang tidak memberikan pisau kepada anaknya yang masih kecil karena berbahaya bagi dirinya.
Tentu saja tidak semua permohonan yang kita sampaikan kepada Yesus entah melalui St. Maria atau Devosi kepada santo/santa bisa dikabulkan, kita harus ingat "Rancangan-Ku bukanlah rancanganmu" (yes 55:8) Tuhan Yesus tak akan mengabulkan doa kita (meskipun kelihatannya kita meminta yang baik-baik) jika kita meminta sesuatu yang sebenarnya akan membahayakan kita baik secara fisik/jasmani atau secara rohani dapat diandaikan orang tua yang tidak memberikan pisau kepada anaknya yang masih kecil karena berbahaya bagi dirinya.
Terkadang muncul suatu pikiran kalau begitu kita minta didoakan dengan bunda maria dan doanya terkabul nanti yang dapat nama bukan Yesus tetapi Bunda Maria?
hal itu tidak tepat karena justru dalam yohanes 2:11 hal ini justru menyatakan kemuliaan Yesus dan membuat murid-murid-Nya percaya kepadanya.
hal itu tidak tepat karena justru dalam yohanes 2:11 hal ini justru menyatakan kemuliaan Yesus dan membuat murid-murid-Nya percaya kepadanya.
Perkawinan di Kana (Yohanes 2:1-11)
Maria memegang peranan dalam mukjijat di Kana.
pada ayat ke 3 disana ditunjukkan bahwa Maria tanggap akan masalah yang akan menimpa keluarga yang mengadakan pesta disana " Ketika mereka kekurangan Anggur, ibu Yesus berkata kepada-Nya: 'Mereka Kehabisan Anggur' "
pada ayat ke 3 disana ditunjukkan bahwa Maria tanggap akan masalah yang akan menimpa keluarga yang mengadakan pesta disana " Ketika mereka kekurangan Anggur, ibu Yesus berkata kepada-Nya: 'Mereka Kehabisan Anggur' "
disini Maria menunjukkan peran Maria sebagai perantara dimana Maria menjadi perantara. pada ayat ke 4 disana ditunjukkan bahwa Yesus Berkata kepada Maria "Mau apakah engkau daripada-Ku, ibu? saat-Ku belum tiba" menurut kitab suci Terjemahan lama bukan kata "ibu" yang dipakai melainkan "perempuan" dalam hal ini ibu manakah yang tidak sakit hati jika anaknya menyatakan hal yang tidak sopan seperti itu ?
tetapi dalam hal ini Maria menunjukkan bahwa ia memang benar-benar Taat, Rendah Hati, dll bayangkan jika Maria "Ngambek" maka tidak akan ada mukjijat karena pada saat itu permintaan Yesus itu cukup "aneh" bayangkan jika Yesus menyuruh mengisi penuh-penuh 6 tempayan untuk pembasuhan kaki kemudian Yesus menyuruh untuk mencedoknya lalu dibawa ke pemimpin pesta. (lihatlah pada ayat 6,7,8) bayangkan jika Maria tidak titip pesan "Apa yang dikatakan kepadamu, buatlah itu"(ayat 5) maka kemuliaan Tuhan tidak akan dapat dinyatakan kepada murid-murid-Nya (bacalah Ayat 11)
nb:
1.Sikap Yesus yang berkata sepertinya agak kasar pada ibu-Nya pada ayat ke 4 dalam ulasan diatas dapat dipararelkan dengan kisah perempuan Siro-Fenesia (mark 7:24-30) dimana Yesuspun berkata kasar kepada perempuan itu "Biarlah anak-anak kenyang dahulu, sebab tidak patut mengambil Roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada Anjing" mungkin sekali Yesus bertujuan untuk menguji Iman orang itu "pada ayat 28 "Tetapi perempuan itu menjawab: "Benar, Tuhan. Tetapi anjing yg dibawah meja juga makan remah-remah yang dijatuhkan anak-anak" pada ayat 29 Yesus mengabulkan permohonan Perempuan itu. (disini dapat dibandingkan "barangkali" Yesuspun menguji ketaatan, Iman, dan kerendahan Hati dari Maria)
2.tidak tertutup kemungkinan Yesus menyebut "perempuan" karena ingin mempararelkan dengan apa yang Tuhan sabdakan pada Kejadian 3:15 "Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya." banyak ahli kitab mengidentifikasi Yesus sebagai keturunan perempuan itu, sedangkan perempuan itu adalah Maria. jadi tidak tertutup kemungkinan bahwa Yesus mengidentifikasikan ibu-Nya dengan apa yg disabdakan Allah pada kejadian 3:15 tetapi apapun metode panafsiran yang dipakai tetap saja kata "Perempuan" cukup kasar karena perkataan itu tidak sesuai dengan adat Yahudi yang seharusnya memanggil "ibu"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar