Senin, 14 November 2011

Renungan Rm.Wahyu SCJ ( Gereja Santo Barnabas )

 



Artikel 1:
zaman

Ada tiga zaman yang menguasai hidup manusia: zaman mengambil, zaman mendapat dan zaman memberi.

Zaman Mengambil. Pada zaman ini setiap orang tidak mengenal sesamanya.semuanya terhubung oleh kata "mengambil". Pribadi-pribadi berkontak karena mengambil segala yang ada di luar dirinya.Orang hidup untuk memiliki segala yang belum dimilikinya.Pada zaman ini orang saling mengambil apa yang dipunyai sesamanya. Akibatnya apa? Terjadi perebutan, mengeksploitasi dan akhirnya imperialis terjadi. Orang berlomba untuk mengambil alam, binatang, kekayaan semesta bahkan sesamanya.Zaman ini diwarnai oleh kekejian.Dan diakhri dengan kehancuran.

 . Zaman ini terjadi setelah segala-galanya hancur.Setelah tak ada yang tersisa. Manusia hidup dalam ketidak berdayaan.Ia tidak mampu mengambil karena telah habis. Juga mereka telah tak berdaya karena kekejiaan.Pada zaman ini orang hanya bisa berserah dan pasrah.Apa yang akan terjadi padaku silahkan terjadilah. Manusia mulai sadar dengan perilaku sebelumnya yang menghancurkan.Akhirnya manusia hanya mampu mengandalkan pada yang tidak dapat hancur.Manusia menantikan uluran tangan sesamanya.Pada zaman inilah terjadi bahwa manusia mendapat. Ia tidak usah mencari. Ia tidak perlu merebut. Ia mendapatkan. Zaman inilah zaman dimana rahmat melimpah karena manusia tidak berusaha menghancurkan melainkan mengandalkan.Manusia mendapat banyak karena mampu berserah.

Zaman memberi. Pada masa ini orang tidak lagi mengambil. Zaman ini lahir dari kesadaran bahwa aku telah mendapat banyak.Maka aku harus berbagi. Aku harus bisa berkata cukup terhadap yang kudapatkan.
Zaman ini mendorong suatu gerekan untuk saling berbagi.
Lahirlah solidaritas. Lahirlah kesetiakawanan. Lahir pula kesaksian. Manusia punya tanggung jawab terhadap kehidupan. Tetapi ingat, zaman ini lahir karena zaman mendapat.Orang tidak bisa memberi tanpa mendapat.Orang hanya bisa mengasih kalau dikasih. Apa yang akan diberi kan bila tidak memiliki sesuatu?

Ketiganya dapat berjalan dalam waktu bersamaan atau berurutan.
Evolusi manusia semestinya dalam garis waktu zaman.Tetapi tak jarang terjadi evolusi terjadi tidak serempak. Akibatnya ada orang dari zaman mengambil yang sedang hidup di zaman memberi.
___________________________________
 
Artikel 2:

mat 5:38-42 : Hal Memberi lebih
Orang mengharapkan dirinya menerima sesuatu yang baik tetapi sulit memberikan yang terbaik. Orang lebih senang memposisikan diri sebagai penerima. Padahal sering orang yang menerima atau hanya bisa meminta adalah pengemis. Mental pengemis adalah mental seorang yang pasif dan pesimis. Karena tidak bisa mengharapkan yang sesuatu baik dari dirinya. Sedangkan orang yang mampu memberi, bahkan melepaskan bagian dari dirinya adalah dermawan. Seorang dermawan itu seorang yang optimis dan aktif karena yakin ia tak akan berkekurangan dan selalu terpenuhi. Anda memilih yang mana? Berani memberi lebih atau merasa cukup untuk menerima saja?    


Artikel 3:
Mat 5:43-48 : Hal Berelasi luas
Orang umumnya merasa aman, percaya diri dan bebas melakukan apa saja dengan mereka yang dikenal. Kepada mereka yang dikenal, orang akan sangat ramah dan akrab. Tetapi umumnya orang sangat kawatir dan hati-hati dengan orang yang bukan teman atau asing. Reaksi orang pun akan lain misalnya ketika salaman: dengan mereka yang dikenal, akrab apalagi bolonya akan sangat penuh makna. Sebaliknya pada mereka yang asing apalagi musuhnya mungkin senyumnya hanya tempelan.Terbuka pada yg kita kenal itu gampang. Tetapi terbuka terhadap mereka yang asing itu tantangan. Anda ingin menjadi orang yang ekslusif alias memberi hati pada yang cocok dan balanya atau menjadi inklusif artinya seperti Matahari ketika bersinar untuk semua dan menjadi Hujan yang turun tidak pilih-pilih.

Artikel 4
Mat 6: 1-6,16-18 : Hal ketulusan
Orang umumnya melakukan sesuatu dengan harapan akan imbalan. Kalau saya memberi maka saya akan diberi. Kalau saya menyapa maka saya juga akan disapa. Kalau saya menolong suatu saat akan ditolong. Kalau saya ke gereja supaya saya suci. Hal ini tidak salah. Tetapi ketika imbalan menjadi ukuran perbuatan, dicari-cari maka ia menjadi tidak tulus. Kalau tidak ada imbalannya maka saya tidak mau. Terkadang harapan akan imbalan begitu menguasai sehingga orang dalam melakukan sesuatu tega mengorbankan sesamanya. Misalnya: agar ia dikenal baik maka ia menjelek-jelekkan temannya. Tuluskah hati anda? Anda datang dan memulai hari ini di tempat ini dengan ketulusan untuk menyatukan diri dengan kurban Kristus atau dengan embel-embel tertentu?

Artikel 5
Mat 6:7-15 : Hal berdoa
Umumnya orang menempatkan doa sebagai sampingan diantara segala kegiatannya. Pandangan ini menandakan bahwa orang sebenarnya memandang doa itu tidak penting. Padahal sebagai ciptaan Tuhan, dimana diri adalah anak-anak Allah doa merupakan tindakan manusia yang paling agung dan mulia. Mengapa dengan doa orang mempersilahkan Tuhan sang sumber dan tujuan hidup yang menuntun kita dalam dan melalui bebagai peristiwa hidup. Dalam hidup membiara dikenal opus dei yakni kerja ilahi/suci. Yang disebut kerja yang ilahi adalah doa, bacaan rohani, mengikuti perayaan sakramen, meditasi, lectio devina. Doadipandangsebagaibentukkerja yang paling agungdarimanusia. Karenasemuaditujukanuntuk Allah.Kita diajar oleh Yesus agar berdoa tanpa bertele-tele alias berterus terang, jujur dan terbukaa padanya pada Allah yang mahatahu. Beranikah kita mencobanya?

Artikel 6
Mat 6:19-23:Hal mengumpulkan harta
Umumnya orang mengukur diri dari apa yang dimilikinya. Pernah saya karena hanya memakai kaos dan sandal jepit ketika belanja senar biola dikomentari: harga nya mahal pak.Penjaga mengira saya tidak mempunyai uang untuk membeli senar itu.Biasa orang akan menghormati karenap akaiannya safari. Ia akan beri kesempatan lebih dulu kalau memaka pakaian bermerk dan memiliki mobil mewah.
Yesus menawarkan pilihan tentang harta dan kebahagiaan Mana yang anda pilih?
:
1)     dimana hartamu berada di situ hatimu ada. Bila kita memiliki banyak barang, koleksi atau kesenangan maka kita merasa damai dan bahagia. Kebahagiaan dan kedamaian ditentukan oleh materi yang kita punyai
2)     dimana hatimu berada di situ hatimu ada. Hatikita akan selalu merasa damai dan bahagia dalam situasi apapun tanpa bergantung dari apa yang kita miliki. 

Ditulis oleh : Rm.Wahyu SCJ ( Paroki Santo Barnabas – Pamulang )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar