Rabu, 07 Desember 2011

CINTA OH CINTA

YOHANES 15:9-17
Yen tak pikir-pikir,
Yang namanya “cinta” itu sudah terlalu sering didengar dan dibicarakan dan menjadi bahan pergunjingan yang sangat mengasyikkan di dalam organasiasi IWAPI (Ikatan WAnita Pengrumpi Indonesia, kalau gak termasuk anggota ya dilarang tersinggung loh..) mulai dari ABG beneran sampai ABG dalam arti Angkatan Babe Gue, hehe... Namun, di lain pihak terjadi kemerosotan yang sangat tajam akan makna “cinta” itu sendiri. Lihat dan renungkan betapa banyak sekarang ini kejahatan dan penindasan serta kemerosotan moral yang bermerek “cinta”. Kalau semua udah diberi label “I love you” maka segalanya menjadi halal. Demi cinta orang rela membunuh janin, manusia lemah-tak-berdaya yang seharusnya dilindungi. Demi cinta orang membunuh yang lain, dsb. Dan lihatlah sekarang ini betapa banyak anak terjangkiti penyakit MPO (Minta Perhatian Orang) dengan segala akibatnya yakni kenakalan dan mungkin juga tripingan. (Ironisnya neh, kebanyakan mereka dari keluarga yang katanya begitu “mencintai” anaknya dengan memberikan segalanya, kecuali waktu dan perhatian. Atau keluarga yang “mencintai” anaknya dengan membentengi dengan aturan-aturan dari A sampai Z kembali lagi ke A). Semua ini terjadi karena banyak orang sekarang ini “mencintai” orang lain dengan caranya sendiri atau dengan cara orang lain, tapi tidak dengan cara Yesus.
 Dalam Injil Yesus menegaskan “supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu.” (Yoh 15: 12), sekali lagi seperti Aku telah mengasihi kamu.” Yesus mengungkapkan cintaNya dalam sabda-sabdaNya, “Aku berkata-kata bukan dari diriKu sendiri, tetapi Bapa yang mengutus Aku, Dialah yang memerintahkan Aku untuk mengatakan apa yang harus dan Aku sampaikan. Dan Aku tahu, bahwa perintah-Nya itu adalah hidup yang kekal.” Perkataan-perkataan Yesus mengungangkapkan cinta-Nya yang membawa orang kepada hidup yang kekal. Dengan sabda-Nya, Yesus memberi ajaran dan program hidup yang dijiwai kasih (Mat 5-7). Bahkan kepada para pendosa Ia memberikan kata-kata yang membangkitkan pertobatan. Terhadap “perempuan yang kedapatan berzinah” (Yoh 8:1-11) Yesus hanya mengatakan “Akupun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang.”  Kepada Zakheus, kepala pemungut cukai, Ia berkata, “Zakheus, segeralah turun, sebab hari ini Aku harus menumpang di rumahmu.” (Luk 19). Namun di lain kesempatan seringkali Ia begitu keras (Mat 23). Akan tetapi semua itu untuk membawa orang kepada hidup yang kekal sebagai buah kasih.
Apa yang dikatakan Yesus mendapat peneguhannya dalam karya dan seluruh hidup Yesus sendiri. Yesus dengan gigih berkeliling untuk mewartakan kasih Allah yang menyelamatkan dengan “mengusir setan-setan”, “menyembuhkan orang”, dan “melenyapkan segala penyakit dan kelemahan”. Dalam banyak kesempatan, betapa mudah Ia “tergerak hati-Nya oleh belaskasihan”. Dalam semuanya itu Ia ingin menghadirkan Kerajaan Allah dalam diri-Nya, yakni Allah yang merajai dalam kasih-Nya bagi semua orang.
Namun di atas segala-galanya, “tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya.” (Yoh 15:14). Maka kasih Yesus yang paling besar bagi kita paling padat terungkap dalam penyerahan diri-Nya, yakni seluruh hidup-Nya, dalam wafat-Nya di kayu salib demi kita sahabat-sahabat-Nya. Begitulah Yesus mencintai kita. Lalu sebagai perintah moral Ia minta kepada kita “yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu.” Bukan hanya seperti orang lain mencintai kamu, bahkan juga bukan hanya seperti kamu mencintai dirimu sendiri, namun seperti Yesus mencintai kamu demikian hendaknya kamu saling mencintai.
Kalau saat ini masih ada kebencian dan balas dendam. Kalau saat ini masih ada persoalan yang tidak habis-habisnya dalam keluarga. Kalau saat ini semangat persaudaraan yang sejati semakin  menipis. Kalau saat ini...kalau saat ini...
Hanya satu akarnya, mungkin hanya karena orang belum mencintai seperti Yesus mencintai.
Narasumber :
Andreas Suparman SCJ

Tidak ada komentar:

Posting Komentar