Rabu, 07 Desember 2011

SEJARAH SCJ

"Historia est testis temporum, lux veritatis, vita memoriae,
 magistra vitae,  nuntia vetustatis”
(Cicero)

Marilah kita kembali menapaki sejarah (historia) Seminari para Pastor SCJ , bagaimana Mereka lahir, hidup dan menjadi kesaksian bagi jamannya (testis temporum ) dalam menjawab kebutuhan tenaga-tenaga kegembalaan Gereja. Tentu menggali kembali sejarah, tidak pertama-tama untuk bernostalgia saja, namun untuk menjadikan sejarah tersebut suatu guru kehidupan (magistra vitae) kita sekarang ini.
Keberadaan Seminari kita diawali oleh empat anak yang setelah lulus Sekolah Rakyat berkeinginan untuk menjadi imam, tepatnya pada tanggal 24 April 1947. Berhubung saat itu belum ada tempat khusus, maka mereka ini ditampung di Pastoran Hati Kudus Palembang, Sumatera Selatan. Mereka didampingi secara khusus oleh para Imam Hati Kudus Yesus (SCJ) dan para Frater dari Kongregasi Bunda Hati Kudus (BHK). Santo Paulus diambil sebagai nama pelindung untuk “cikal-bakal” Seminari ini.
Pada tahun yang sama, di Pringsewu - Lampung, Pastor J.O.H. Padmo Seputro, Pr., merealisir gagasan P. Wahyo Sudibyo, OFM, (Pastor di Metro, Lampung) untuk mendirikan sebuah Sekolah Menengah Katolik St. Joseph, tepatnya pada tanggal 2 Februari 1948. Di antara para siswa SMK inilah dicari, dikumpulkan dan didampingi beberapa anak (paling tidak tercatat ada 8 orang) yang berkeinginan untuk menjadi imam. Mereka tinggal dan hidup di asrama tersendiri, dan untuk kebutuhan harian dibantu para Suster Franciscanes Pringsewu. Karena alasan politik pada waktu itu, yakni bahwa mereka ingin tetap bergabung dan menjadi bagian dari para pejuang kemerdekaan pada waktu itu, maka pada tahun 1949 kelompok kecil ini bersama dengan pastor pembimbingnya pindah (mengungsi?) ke Padang Bulan, beberapa kilometer dari Pringsewu. Namun hal ini tidak berlangsung lama, karena pada tahun itu juga mereka bergabung dengan Seminari St. Paulus Palembang. Mereka diberangkatkan dengan pesawat terbang dari Lampung ke Jakarta, dan dari Jakarta ke Palembang dengan kapal laut.
Dengan penggabungan ini, maka  Seminari St. Paulus Palembang mengalami babak baru. Para pendidik Seminari saat itu antara lain P. Van der Sangen SCJ, P. G. Elling SCJ, P. Piet Middeldorp SCJ, Mr. Lap, dan Fr. Montfort BHK.
Oleh karena alasan politis, maka pada tahun 1950  Seminari St. Paulus dipindahkan ke Lahat, (Sumatera Selatan). Di sini peran para suster Carolus Borromeus sangat besar bagi kelangsungan hidup Seminari. Mereka mendukung dengan Sekolahan mereka, namun juga memenuhi kebutuhan hidup harian para seminaris dan stafnya.
Pada pagi hari, para seminaris bergabung dengan para siswa di sekolahan Suster, dan pada sore hari mendapat pelajaran khusus seminaris.
Pada tahun 1951, tepatnya bulan Agustus, setelah ujian akhir, para seminaris pindah lagi ke Palembang. Kali ini mereka tidak lagi menempati Pastoran Hati Kudus Palembang, namun di Frateran Bunda Hati Kudus, Palembang. Di tempat ini pun tidak lama, karena alasan tempat, mereka segera pindah ke kompleks Rumah Sakit Charitas Palembang berkat kebaikan Kongregasi para Suster Franciscanes Charitas (FCh.). Sementara itu telah diputuskan juga untuk membangun gedung Seminari St. Paulus di samping Sekolah Xaverius, Jl. Bangau.
Pada tanggal 15 Mei 1953 gedung Seminari St. Paulus diresmikan. Sebagai rektor adalah P. Van der Sangen SCJ, dan baru pada tanggal 24 Juni 1954 digantikan oleh P. Van Beek SCJ.
Pelaksanaan pendidikan Seminari banyak dibantu oleh Sekolah Xaverius, namun semua proses pendidikan dijalankan secara terpisah dari Sekolah Xaverius, yakni di dalam kompleks Seminari sendiri. Demikian juga untuk kebutuhan harian Seminari tidak lagi menggantungkan diri dari para Suster Charitas, namun diselenggarakan sendiri.
Begitulah secara singkat jejak-jejak awal perjalanan hidup Seminari Santo Paulus Palembang. Cahaya kebenaran (lux veritatis) yang membimbing perjalanan mereka, kini tetap nampak dan bersinar dalam sejarah Seminari St. Paulus sekarang ini.
Oleh karena kondisi bangunan yang sudah tua, serta setiap kali terendam banjir, maka dalam rangka Pesta Emas Seminari tahun 2002 kita dicanangkanlah gerakan "Berbenah Agar Lebih Indah". Maka mulailah beberapa pembenahan gedung secara besar-besaran secara bertahap.  
Sarana dan prasarana penunjang bagi hidup dan proses perkembangan para seminaris dalam mengolah "tanah"-nya semakin memadai.
Pavilium Christ, yang menjadi tempat tidur dan berbagai kegiatan khusus kelas Rhetorica (sesudah SMA), dibangun menjadi 4 lantai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar